|
Post by haerudin on Apr 4, 2010 22:49:59 GMT 7
Pak Habibie dalam acara Rossy di Global TV merasa kecewa dengan kondisi BUMNIS saat ini utamanya PT.DI sebagai kelanjutan IPTN, ternyata N-250 itu pada tahun 2000 seharusnya sudah mendapat sertifikasi dari FAA sehingga sudah dapat diproduksi secara komersial tapi sayang tangan jahat melalui IMF telah menghentikannya dan selanjutnya keluar pesawat sejenis dengan bentuk yang sangat mirip contohnya ATR yang dengan tenang mengudara di angkasa Indonesia sangat mirip dengan N-250 terlihat mdemiliki punuk yang menjadi ciri khas hasil design IPTN, demikian juga dengan N-2130 harusnya sudah masuk link produksi pada tahun 2005. Salah satu kekecewaan Pak Habibie adalah keinginan pemerintah menghidupkan kembali kejayaan BUMNIS hanya sebatas omongan karena tidak pernah ada tindak lanjutnya Kalau dipikir2 memang benar belum pernah terdengar pemerintah mengucurkan dana ke BUMNIS untuk membangkitkan lagi dari keterpurukan tidak seperti pada perbankan rasa mereka tidak pernah hitung2an padahal milik swasta
|
|
|
Post by killerbee on Apr 5, 2010 8:32:30 GMT 7
Pernah baca di Angkasa (klo ga salah sekitar tahun 2009), N 250 akan dihidupkan kembali dengan nama N 250 R. Dengan mengurangi spek, tdk menggunakan FbW, Landing Gear dipindah ke sayap (seperti Fokker F 27) dsb. tapi ga tahu ceritanya sekarang.
|
|
|
Post by raider on Apr 5, 2010 11:05:06 GMT 7
N250R waktu itu adalah ide BPPT zamannya Pak Said D. Jenie. Namun, ternyata juga tidak semudah itu bisa dilaksanakan karena tidak adanya dana. Terus kalaupun ada yang mendanai, mekanismenya bagaimana.
Terhadap masalah pendanaan, sudah lumrah kalau pihak pemberi dana akan bertanya: kalau N250R berhasil dihidupkan, adakah jaminan pesawat ini akan masuk ke pasaran? dalam arti, akan mulus secara politis? Berapa banyak akan terserap pasar dll. Gak mau dong bandar juga rugi hehe..
Soal kompetitor, kehadiran N250 yg fly-by-wire dan segala kecanggihannya itu, jelas sangat mengancam eksistensi pesawat-pesawat sekelasnya. Tidak heran kalau lobi kita juga lemah, ya gak bakalan lah mulus sampai dapat sertifikasi AS dan Eropa. Pasti bakal "diganjal". Biar di ekonomi, tetap aja ada politik2 dagangnya. Nah, makanya selain perlu sosok Habibie dari sisi teknokrat dunia, juga perlu didukung oleh ekonom2 nasional yg juga berkaliber dunia.
Bila disebutkan program N250 rusak/hancur gara2 IMF, ya itu salah kita juga yang tidak independen alias berlindung di ketiak IMF kala itu. kalau begitu caranya kan, ya suka-sukanya yang punya ketiak dong hehe...
AYO BANGKIT LAGI PT DI !!!
|
|
|
Post by cakrabyuha on Apr 5, 2010 12:12:02 GMT 7
BANGKIIITTT......?? Dopingnya mana euy....
|
|
|
Post by raider on Apr 5, 2010 12:32:28 GMT 7
Semalam aku ketinggalan nonton wawancara Pak Habibie di acara Rossy. cuma masih sempat lihat di akhir acara Pak Rakhendi (Kahumas PT DI) menyampaikan, PT DI masih mengharapkan peran serta Pak Habibie... (kalau memungkinkan tentunya... -pen)
Ada gak ya semalam pertanyaan dari Rossy, misalnya, apakah Pak Habibie masih minat kembali ke PT DI ??
|
|
aries
Angkasa members
Posts: 636
|
Post by aries on Apr 5, 2010 13:03:14 GMT 7
kalo memang niat seh sebenarnya ga usah nunggu sertifikasi FAA. pake sertifikasi dephub aja dulu, dan gunakan untuk rute dalam negeri...paksa merpati dan maskapai2 untuk pake N-250.
secara FAA adalah dominasi negara barat yang ga mau liat Indonesia maju...
|
|
|
Post by raider on Apr 5, 2010 14:07:08 GMT 7
nah, kuncinya kan berarti ada di pemerintah. harus ada "paksaan". tentu yang bermakna positif di sini. toh untuk kemajuan dan kemandirian bangsa. pake caranya panser Anoa Pindad aja, harus minta petunjuk Pak JK neh hehe..
|
|
|
Post by haerudin on Apr 5, 2010 14:28:19 GMT 7
Rossy juga bertanya apakah Pak Habibie siap terjun kembali menghidupkan kembali BUMNIS, dan Pak Habibie menjawab selama ini juga siap walaupun tidak mungkin secara langsung karena pertama usia dan kedua memang saatnya sekarang waktunya yang muda berperan yang beliau akui sebagai anak cucunya Untuk merestorasi BUMNIS Pak Habibie hanya butuh Rp 5 triliyun boleh dicicil, kalau dibandingkan hanya beda tipis sama uang yang diglontorkan ke Bank Century tapi kalau ke BUMNIS seret bener yah ?
|
|
ranger
Angkasa members
Posts: 391
|
Post by ranger on Apr 6, 2010 1:05:17 GMT 7
Hahahaha...tohokan yg manis Pak. Itu Century baru yg diributin, belum yg masih tertutup kabut??
|
|
|
Post by haerudin on Apr 7, 2010 22:54:36 GMT 7
Bagaimana kalau diadakan invasi lagi, hitung2 mendorong kembali PT.DI bersemangat kembali jangan cuman jadi tukang jahit seperti sekarang, saya mengharap PT.DI menjadi garment kembali dimana hasil rancangannya kembali menghiasi udara planet bumi ini
|
|
ranger
Angkasa members
Posts: 391
|
Post by ranger on Apr 12, 2010 11:07:51 GMT 7
Ironisnya, pernah diposting Danjen, bahkan pesenan heli dari TNI banyak yg belum terselesaikan lohh pak.. Katanya sih tentang permodalan, bener gak Om Danjen?
Kalau benar...bener2 ironi..
|
|
|
Post by bunthozr on Apr 12, 2010 13:41:44 GMT 7
coba deh minta dana tambahan ke om Gayus sama pakde Bahsyim.... juga coba minta kiriman bantuan dari om Edy Tansil sama Anggoro... hasilnya lumayan kalleee... ;D
|
|
|
Post by haerudin on Apr 12, 2010 18:50:23 GMT 7
Kalau begitu redaksi majalah dirgantara Angkasa perlu mengangkat masalah klasik dan krusial didalam pengembangan BUMNIS ini, yaitu perlunya pemerintah mendirikan suatu lembaga keuangan yang berfungsi untuk penyediaan dana untuk BUMNIS tersebut dan juga berfungsi sebagai penyandang dana bagi para konsumen BUMNIS, karena produk BUMNIS itu harganya mahal sehingga sulit mencari konsumen yang sanggup membayar tunai atau dalam istilah sederhananya KE yang diberikan oleh perbankan/multifinance yang melayani khusus produk BUMNIS ;D
|
|