Post by elangguntur on Apr 21, 2009 13:54:08 GMT 7
sumber: detik.com
Kamis, 09/04/2009 10:44 WIB
Pesawat Aviastar yang Jatuh di Papua Bawa Logistik Pemilu
Jayapura - Pesawat Aviastar yang jatuh di pegunungan Papua membawa logistik Pemilu. Pilot Sigit dan kopilot Lukman diyakini tewas.
Menurut kantor berita AFP, pesawat kargo ini berangkat dari Jayapura menuju Wamena dan mengalami kecelakaan saat hendak mendarat pada pukul 8 pagi waktu setempat, Kamis (9/4/2009).
"Kami sedang menyelidiki penyebab kecelakaan ini," ujar pejabat transportasi udara Mimika, Jonrettob.
Pesawat itu membawa logistik pemilu termasuk kertas dan kotak suara.
"Tanpa barang-barang itu, sejumlah TPS tidak bisa mengadakan pemilihan," imbuhnya.
Sementara Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri membenarkan kecelakaan tersebut. "Empat orang menjadi korban," katanya saat meninjau 13 TPS di Jakarta.
Sumber: serambinews.com
JAKARTA - Belum lagi hilang kesedihan akibat jatuhnya pesawat Aviastar yang membawa logistik pemilu, pada Kamis 9 April 2009, musibah penerbangan kembali terjadi di Papua, Jumat (17/4), ketika sebuah pesawat milik Mimika Air jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya. Pesawat jenis Pilatus PC-6 tersebut terbang dari Distrik Illabi menuju Distrik Mulia. Kedua distrik tersebut berada di wilayah Kabupaten Mimika, kawasan pegunungan Jaya Wijaya. Musibah itu sendiri terjadi sekitar pukul 10.15 WIT.
Beberapa menit setelah pesawat mengudara, kontak dengan lapangan udara tujuan terputus. Hingga empat jam kemudian, pesawat dengan nomor registrasi PK LTJ tersebut baru ditemukan dalam keadaan hancur akibat jatuh di pegunungan Gergaji, tepatnya di gunung Sinap. Pesawat baru diketahui jatuh setelah pesawat misionaris AMA Papua yang melintasi Mulia mendapatkan sinyal Elba dengan koordinat 04 derajat, 137 derajat, 4.800 east di wilayah pegunungan Gergaji.
Kapolres Puncak Jaya, AKBP Chris Rihulay menyatakan, selain membawa 11 awak dan penumpang, pesawat tersebut juga mengangkut logistik pemilu yang merupakan hasil yang sudah direkap. “Mereka membawa surat suara yang sudah direkap,” kata Chris. Juru bicara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), JA Barata mengatakan, saat ini pihaknya sudah mengirinkan tim ke Papua untuk bergabung dengan tim yang telah ada guna mencari pesawat yang menerbangkan sejumlah pejabat KPUD dan logistik pemilu di Papua.
Juru bicara Departemen Perhubungan, Bambang Supriyadi Ervan menjelaskan, Mimika Air adalah maskapai penerbangan milik pemerintah setempat yang sebelumnya bernama Germania Trisila Air (GTR). Setelah setengahnya dibeli oleh Pemerintah Mimika, namanya diganti menjadi Mimika Air. Berdasarkan daftar pemeringkatan keselamatan maskapai penerbangan yang dirilis Dephub Maret lalu, baik nama GTR dan Mimika Air tidak termasuk dalam daftar.
Korban tewas dalam musibah itu masing-masing dua awak pesawat, Nay Lin Miyamnmar (pilot) dan Makmur (copilot). Sedangkan penumpang, Marthen Jitmau (Sekretaris KPU Jayawijaya), Pendeta Melkias Kiwak, Tolli (tukang ojek), Herman Snafi (Ketua Panwas), Ruben Murib (Sekretaris Distrik Gome), Wilem Mayau, Lasarus Wonda (Sekretaris Distrik Beoga), Temina Murib (Ketua Panitia Pemilihan Daerah), dan seorang bayi (anak dari Temina Murib).
Terlalu banyak penumpang
Salah satu penyebab jatuhnya pesawat Mimika Air jenis Pilatus PC-6 di Papua diduga karena terlalu banyak penumpang. “Kejadian ini aneh karena pesawat itu dilaporkan mengangkut delapan orang. Padahal, kapasitas angkut sesuai spesifikasi pabrikan pesawat hanya enam orang,” kata seorang sumber di lingkungan Departemen Perhubungan sata dihubungi Jumat (17/4).
Pesawat dengan nomor register PK-LTJ itu dioperasikan oleh Pemda Mimika bekerja sama dengan eks Germania Trisilla Air (GT Air). Hanya saja, data Dephub menyebutkan, Mimika Air tidak termasuk maskapai tak berjadwal yang dievaluasi regulator kinerja keselamatan penerbangan setiap tiga bulan sekali. GT Air sendiri, Air Operator Certifikat (AOC)-nya sudah dibekukan pemerintah sejak Juni 2007 dan tiga bulan setelah itu, secara otomatis tercabut.
Sementara pesawat yang jatuh buatan tahun 1988 dan terdaftar registrasinya di Dephub sejak 10 Agustus 2008 dan segera berakhir validasinya pada 9 Agustus 2009. Pemda Mimika telah mengasuransikan pesawat jenis Pilatus itu dan secara terbuka dinyatakan berkapasitas enam penumpang dan dua awak.(persdanetwork/ant)
Kamis, 09/04/2009 10:44 WIB
Pesawat Aviastar yang Jatuh di Papua Bawa Logistik Pemilu
Jayapura - Pesawat Aviastar yang jatuh di pegunungan Papua membawa logistik Pemilu. Pilot Sigit dan kopilot Lukman diyakini tewas.
Menurut kantor berita AFP, pesawat kargo ini berangkat dari Jayapura menuju Wamena dan mengalami kecelakaan saat hendak mendarat pada pukul 8 pagi waktu setempat, Kamis (9/4/2009).
"Kami sedang menyelidiki penyebab kecelakaan ini," ujar pejabat transportasi udara Mimika, Jonrettob.
Pesawat itu membawa logistik pemilu termasuk kertas dan kotak suara.
"Tanpa barang-barang itu, sejumlah TPS tidak bisa mengadakan pemilihan," imbuhnya.
Sementara Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri membenarkan kecelakaan tersebut. "Empat orang menjadi korban," katanya saat meninjau 13 TPS di Jakarta.
Sumber: serambinews.com
JAKARTA - Belum lagi hilang kesedihan akibat jatuhnya pesawat Aviastar yang membawa logistik pemilu, pada Kamis 9 April 2009, musibah penerbangan kembali terjadi di Papua, Jumat (17/4), ketika sebuah pesawat milik Mimika Air jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya. Pesawat jenis Pilatus PC-6 tersebut terbang dari Distrik Illabi menuju Distrik Mulia. Kedua distrik tersebut berada di wilayah Kabupaten Mimika, kawasan pegunungan Jaya Wijaya. Musibah itu sendiri terjadi sekitar pukul 10.15 WIT.
Beberapa menit setelah pesawat mengudara, kontak dengan lapangan udara tujuan terputus. Hingga empat jam kemudian, pesawat dengan nomor registrasi PK LTJ tersebut baru ditemukan dalam keadaan hancur akibat jatuh di pegunungan Gergaji, tepatnya di gunung Sinap. Pesawat baru diketahui jatuh setelah pesawat misionaris AMA Papua yang melintasi Mulia mendapatkan sinyal Elba dengan koordinat 04 derajat, 137 derajat, 4.800 east di wilayah pegunungan Gergaji.
Kapolres Puncak Jaya, AKBP Chris Rihulay menyatakan, selain membawa 11 awak dan penumpang, pesawat tersebut juga mengangkut logistik pemilu yang merupakan hasil yang sudah direkap. “Mereka membawa surat suara yang sudah direkap,” kata Chris. Juru bicara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), JA Barata mengatakan, saat ini pihaknya sudah mengirinkan tim ke Papua untuk bergabung dengan tim yang telah ada guna mencari pesawat yang menerbangkan sejumlah pejabat KPUD dan logistik pemilu di Papua.
Juru bicara Departemen Perhubungan, Bambang Supriyadi Ervan menjelaskan, Mimika Air adalah maskapai penerbangan milik pemerintah setempat yang sebelumnya bernama Germania Trisila Air (GTR). Setelah setengahnya dibeli oleh Pemerintah Mimika, namanya diganti menjadi Mimika Air. Berdasarkan daftar pemeringkatan keselamatan maskapai penerbangan yang dirilis Dephub Maret lalu, baik nama GTR dan Mimika Air tidak termasuk dalam daftar.
Korban tewas dalam musibah itu masing-masing dua awak pesawat, Nay Lin Miyamnmar (pilot) dan Makmur (copilot). Sedangkan penumpang, Marthen Jitmau (Sekretaris KPU Jayawijaya), Pendeta Melkias Kiwak, Tolli (tukang ojek), Herman Snafi (Ketua Panwas), Ruben Murib (Sekretaris Distrik Gome), Wilem Mayau, Lasarus Wonda (Sekretaris Distrik Beoga), Temina Murib (Ketua Panitia Pemilihan Daerah), dan seorang bayi (anak dari Temina Murib).
Terlalu banyak penumpang
Salah satu penyebab jatuhnya pesawat Mimika Air jenis Pilatus PC-6 di Papua diduga karena terlalu banyak penumpang. “Kejadian ini aneh karena pesawat itu dilaporkan mengangkut delapan orang. Padahal, kapasitas angkut sesuai spesifikasi pabrikan pesawat hanya enam orang,” kata seorang sumber di lingkungan Departemen Perhubungan sata dihubungi Jumat (17/4).
Pesawat dengan nomor register PK-LTJ itu dioperasikan oleh Pemda Mimika bekerja sama dengan eks Germania Trisilla Air (GT Air). Hanya saja, data Dephub menyebutkan, Mimika Air tidak termasuk maskapai tak berjadwal yang dievaluasi regulator kinerja keselamatan penerbangan setiap tiga bulan sekali. GT Air sendiri, Air Operator Certifikat (AOC)-nya sudah dibekukan pemerintah sejak Juni 2007 dan tiga bulan setelah itu, secara otomatis tercabut.
Sementara pesawat yang jatuh buatan tahun 1988 dan terdaftar registrasinya di Dephub sejak 10 Agustus 2008 dan segera berakhir validasinya pada 9 Agustus 2009. Pemda Mimika telah mengasuransikan pesawat jenis Pilatus itu dan secara terbuka dinyatakan berkapasitas enam penumpang dan dua awak.(persdanetwork/ant)