|
Post by maverick on May 23, 2008 7:07:55 GMT 7
Ayo bung Raider, di tunggu agenda kunjungannya ke LAPAN.. Walau saya gagal ikut acara kuncungan AReader sebelumnya, tetapi untuk ke LAPAN moga2 gak ada halangan lagi...
|
|
|
Post by fcaesarn on May 24, 2008 12:30:14 GMT 7
Rendering Roket Pembawa Satelit RPS 420 LAPAN, mudah2an meluncur 2014 taken from Angkasa Magz
|
|
|
Post by elangguntur on Aug 19, 2008 10:34:28 GMT 7
ayo, INDONESIA BISA !!!
|
|
|
Post by elangguntur on Aug 19, 2008 10:36:00 GMT 7
scale mock-up Mikro satelit buatan LAPAN yang telah mengorbit di antariksa...
|
|
|
Post by elangguntur on Aug 22, 2008 8:13:00 GMT 7
seperti postingan awal topik ini.... akhirnya satu lagi negara masuk club elit sebagai pembuat satelit dan roket pelontarnya..IRAN. ....jadi ngiri nih, semoga program RPS-420 indonesia berjalan lancar.............. Iran launches satellite carrier into space Sun, 17 Aug 2008 14:05:09 GMT Iran successfully launches its first homemade satellite carrier, Safir 1, opening a new chapter in the country's scientific achievements. The launch of the new rocket from Iranian soil will pave the way for the country to send a lightweight telecommunications satellite, Omid (meaning 'hope' in Persian), into orbit in the near future. The domestically manufactured Omid satellite will pass over the country six times a day for research purposes. The launch of Safir 1 was aimed at improving the country's space industries. Safir 1 tested remote sensing, Satellite telemetry, and geographic information system (GIS) technology as well as remote and ground station data processing.
|
|
|
Post by elangguntur on Nov 18, 2008 11:16:08 GMT 7
Kerjasama LAPAN dan National Space Agency of Ukraine (NSAU)
sumber : kompas
Jumat, 7 November 2008 | 15:24 WIB JAKARTA, JUMAT - Pascapecahnya Uni Soviet, negara-negara Asia Timur yang kini paling maju di bidang antariksa adalah Rusia dan Ukraina. Kedua negara itu kini mengincar Indonesia yang letak geografisnya paling ideal bagi peluncuran satelit dan karena negara di khatulistiwa ini tengah gencar mengembangkan teknologi ruang angkasa.
Pada 2007 tercapai kesepakatan antara dua kepala negara Indonesia dan Rusia untuk mengembangkan teknologi tersebut. Langkah itu diikuti Ukraina, yang pernah meluncurkan satelit komunikasi Garuda-1 seberat 4 ton dengan roket protonnya, pada awal dasawarsa 2000-an.
Penandatanganan naskah kerja sama Indonesia-Ukraina dilaksanakan di Jakarta, Kamis (6/11), diwakili Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Adi Sadewo Salatun dan General Director National Space Agency of Ukraine (NSAU) Yuriy S Alexeyev.
Dijelaskan Adi, kerja sama kedua pihak dapat dilakukan antara lain dalam bidang ilmu antariksa dasar, meteorologi dan geofisika antariksa, astronomi, astrofisika, pengembangan dan fabrikasi satelit, pengembangan sistem penginderaan jauh dan telekomunikasi antariksa.
Menurut Yuriy, pada persetujuan tersebut hal-hal yang dapat dilakukan, antara lain, pelaksanaan proyek antariksa bersama, pelatihan personel, pertukaran ilmuwan dan teknisi, pertukaran informasi; hasil percobaan; dan peralatan, serta pengembangan bersama peluncur dan sistem antariksa lainnya. Namun, untuk saat ini, ujarnya, Ukraina belum mengarah pada pemanfaatan wilayah udara Indonesia sebagai tempat peluncuran roketnya.
Ditambahkan Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan, Soewarto Hardhienata, kerja sama dengan NSAU ini harus mengacu pada beberapa pembatasan, karena Ukraina berpegang pada kesepakatan dunia dalam pengawasan transfer teknologi antariksa seperti yang tertuang dalam Missile Technology Controle Regime.
"Karena itu, berlaku larangan transfer barang dan komponen yang dapat digunakan untuk pengembangan roket yang dapat menjangkau jarak 300 kilometer ke atas dan membawa muatan minimal 500 kg," tutur Soewarto. (YUN)
|
|
aries
Angkasa members
Posts: 636
|
Post by aries on Nov 18, 2008 22:03:46 GMT 7
inget ga waktu ke LAPAN, katanya november ini mereka uji coba roket lagi.... ada yang punya info?
|
|
|
Post by elangguntur on Dec 12, 2008 13:48:50 GMT 7
sumber : kompas Lapan Siapkan Roket Peluncur Satelit Rabu, 10 Desember 2008 Laporan wartawan Kompas Yuni Ikawati JAKARTA, RABU - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional mempersiapkan roket generasi keenam yang merupakan bagian dari roket pengorbit satelit. Uji statik roket eksperimen generasi keenam yang berupa roket berdiameter 420 mm yang disebut Rx-420 ini akan dilaksanakan pada 16 Desember mendatang. Kepala Lapan Adi Sadewo Salatun, pekan lalu, menjelaskan, selain Rx-320 yang berhasil diluncurkan pada bulan April 2008, Rx-420 merupakan tahapan penting dalam rencana Lapan untuk mandiri dalam meluncurkan sendiri satelitnya. ”Rx-320 hingga Rx-520 merupakan propulsi utama roket pengorbit satelit mikro,” ujar Adi. Setelah uji statik, roket yang memiliki jangkauan 120 km dan berbobot 2 ton itu selanjutnya akan menjalani uji peluncuran. Pelaksanaan peluncuran direncanakan Mei 2009. Roket ini dapat membawa muatan 50 kg untuk sampai pada orbit yang dicapai, minimal pada ketinggian 250 km. Kecepatan horizontal roket 8 km per detik. Pendanaan disetujui Ketika ia memaparkan rencana tersebut, dalam rapat kerja Menristek dengan Komisi VII DPR, didapat persetujuan dari DPR untuk menambah anggaran bagi keperluan pengembangan roket tersebut. Untuk program pembuatan roket hingga peluncurannya, Lapan memerlukan anggaran Rp 30 miliar. Saat ini anggaran untuk pembangunan Rx-420 lebih lanjut dan untuk peluncurannya sedang diproses di Departemen Keuangan. ”Kalau peluncuran Rx-420 berhasil, akan dibangun roket 2 tingkat dengan diameter berturut-turut 420-320 pada akhir 2009. Setelah itu akan disiapkan roket pengorbit satelit (RPS) yang terdiri dari 4 buah propulsi 420 dan satu propulsi 320. Roket pengorbit ini akan membawa nano satelit yang persiapannya akan memakan waktu 2 tahun. Direncanakan peluncurannya tahun 2012. Jenis Rx-420 merupakan roket keenam yang dikembangkan Lapan selama ini. Roket generasi terdahulu berturut-turut memiliki diameter 70, 100, 150, 250, dan 320 mm. Roket yang dikembangkan Lapan sejak tahun lalu telah menggunakan bahan bakar roket atau propelan buatan sendiri, yaitu aluminium perklorat.
|
|
|
Post by elangguntur on Jan 6, 2009 7:32:27 GMT 7
satu negara asia lagi menyusul balapan ke antariksa , gak tau duluan mana dengan indonesia.. Baru beberapa negara yang benar2 bisa membuat peluncur satelit sendiri, tak lebih dari 10 jari tangan: 1. USA 2. Russia 3. Uni Eropa 4. Cina 5. Jepang. 6. India 7. Israel 8. iran 9. Pakistan 10. indonesia roket Shaheen-3 (SLV) pakistan
|
|
|
Post by elangguntur on Jan 6, 2009 8:11:06 GMT 7
sumber kompas: LAPAN Melangkah Menuju Peluncuran Satelit Beragamnya aplikasi satelit dan meningkatnya kebutuhan wahana ini, ditambah berlakunya pelarangan pembelian komponen pembuat roket, mendorong Indonesia mengumpulkan daya agar mandiri dalam bidang peroketan yang dikembangkan sebagai wahana pengorbit satelit. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang mencapai usia 45 tahun pada 27 November lalu, sejak 2007 melakukan percepatan dalam pengembangan teknologi peroketan dan satelitnya. Percepatan itu terjadi setelah berhasil melepas ketergantungannya pada pembuatan bahan bakar propelan dari pihak asing, antara lain amonium perklorat. Setelah sukses dengan peluncuran roket eksperimen berdiameter 320 mm atau Rx-320, Lapan berhasil melakukan uji statik Rx-420 pada Selasa (23/12) di Pusat Teknologi Wahana Dirgantara Lapan Rumpin, Tarogong, Tangerang. Pelaksanaan uji statik ini menyusul uji peluncuran roket kendali berdiamater 100 mm dan 300 mm serta roket balistik 122 mm yang diluncurkan akhir pekan lalu di Pamengpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Seusai menyaksikan pelaksanaan uji statik Rx-420 itu, Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman mengatakan akan terus mendorong Lapan untuk konsisten mengembangkan roket sesuai dengan kompetensinya hingga mampu mengorbitkan satelit. ”Untuk program roket tahun 2009, saya telah mengusulkan kepada DPR dana sebesar Rp 25 miliar,” ujarnya. Pada 2009, jelas Kepala Lapan Adi Sadewo Salatun, setelah keberhasilan uji statik Rx-420, program peroketan akan dilanjutkan dengan uji peluncuran roket tersebut yang menurut rencana dilaksanakan Mei 2009. Dijelaskan Edi Sofyan, Ketua Kelompok Penelitian Bidang Kendali Roket Lapan, roket kendali RK-100 sebanyak tiga unit diluncurkan Sabtu (20/12) di Pamengpeuk, Garut Selatan. Misi peluncuran ini adalah untuk menguji sistem kendali pada sirip belakang. Peluncuran RK-100, yang mempunyai panjang 4 meter ini, merupakan fase ketiga eksperimen roket itu. Fase I yang dilakukan September 2007 masih ditemukan masalah pada bagian sayap. Setelah dilakukan perbaikan, dilakukan peluncuran RK-100 fase II pada Juni 2008. Adapun uji peluncuran roket kendali 300 mm yang merupakan tahap pertama, jelas Edi, bertujuan untuk menguji sistem pendorong roket dan turbo jet. Pada Minggu (21/12) di lokasi yang sama dilaksanakan peluncuran tahap pertama roket balistik RB-122 yang tidak dilengkapi dengan sistem kontrol. Pada uji peluncuran ini bertujuan untuk mengukur kinerja atau performansi motor roket. Pengujian kinerja roket baik sistem kendali dan balistik merupakan satu rangkaian dalam pengembangan roket pengorbit satelit. Konfigurasi Rx-420-320 Roket eksperimen berdiameter 420 mm (Rx-420), pelaksanaan uji statiknya tertunda seminggu, karena diperlukan penambahan sistem penahan pada bagian ekor propulsi, agar aman. ”Dengan memasang sistem penahan yang memadai pada roket, yang ditempatkan pada posisi horizontal di lorong itu, maka roket akan tetap stabil ketika dilakukan uji penyalaan,” urai Adi. Dalam kondisi nyala, roket Rx-420 yang menggunakan bahan bakar amonium perklorat akan memiliki daya dorong hingga 10 ton dalam waktu 11 detik. ”Lepasnya penahan pernah terjadi pada tahun 1986 dalam uji statik sebuah roket. Akibatnya, roket keluar dari block house (rumah uji),” tambah Adi. Pengukuran hasil uji statik Rx-420, jelas Lilis Mariani, periset di Tim Uji Statik Rx-420, performasi roket ini sedikit lebih baik dibandingkan desain rencana, terutama pada daya dorong roket yang lebih tinggi dari yang direncanakan. Roket Rx-420 ini merupakan bagian penting dalam konfigurasi Roket Pengorbit Satelit (Satellite Launch Vehicle/SLV) Pertama Lapan yang direncanakan meluncur pada tahun 2014, jelas Yus Kadarusman Markis, Kepala Pusat Teknologi Wahana Dirgantara Lapan. Pada SLV-I itu, terdiri dari roket tiga tingkat, yaitu pada tingkat pertama dipasang tiga roket Rx-420 sebagai pendorong atau booster, pada tingkat dua satu propulsi berdiameter 420 sebagai sustainer, dan di tingkat tiga propulsi 320. Dengan komposisi roket tersebut dan menggunakan bahan bakar propelan padat, menurut Yus, telah memadai untuk membawa satelit ke orbit. ”Roket pengorbit ini memungkinkan membawa nano satelit yang persiapannya makan waktu dua tahun,” tambah Adi. Satu roket Rx-420 yang berbobot sekitar 2 ton memiliki jangkauan 120 km. Dengan konfigurasi itu, SLV-I diharapkan dapat menjangkau ketinggian sekitar 400 km. Roket ini dapat membawa muatan 50 kg untuk sampai pada orbit yang dicapai minimal pada ketinggian 250 km. Kecepatan horizontal roket di orbit mencapai 8 km per detik. Saat ini Lapan tengah mengembangkan sendiri material yang lebih ringan untuk roket, karena pengembangan teknologi pembuatan baik propelan maupun material roket bersifat tertutup. ”Pembelian material dari pihak asing tidak dimungkinkan karena semua negara, termasuk China, tidak lagi memenuhi pesanan material untuk pembuatan roket dari Indonesia, sebagai negara yang masuk kategori perlu diawasi seperti Iran,” urai Yus. Pada tahapan selanjutnya, Lapan akan terus mengembangkan roket berdiameter lebih besar, yaitu Rx-540 dan Rx-750. Roket Rx-420 merupakan roket keenam yang dikembangkan Lapan selama ini. Roket generasi terdahulu berturut-turut memiliki diameter 70, 100, 150, 250, dan 320 mm. Sejak beberapa tahun lalu, lanjut Yus, peneliti Lapan juga telah mengembangkan bahan bakar propelan cair yang baru mencapai bobot 10 kg. Masih diperlukan waktu lama untuk sampai pada kapasitasnya untuk mendukung roket pengorbit satelit. Kendalanya karena kurangnya sumber daya manusia peneliti dan sulitnya memperoleh bahan baku, serta tingginya tingkat kesulitan dan bahaya ledakan dalam pembuatan propelan cair. Meski begitu, Lapan harus mengembangkan pembuatan propelan cair yang memiliki kelebihan daripada propelan padat, yaitu membuat roket mudah dikendalikan ketika mengorbit.
|
|
|
Post by elangguntur on Feb 4, 2009 8:18:25 GMT 7
IRAN luncurkan Satelit sumber : kompas
Rabu, 4 Februari 2009 | 04:30 WIB TEHERAN, RABU - Iran berhasil meluncurkan satelit domestik pertamanya ke orbit. Ini merupakan langkah signifikan dari ambisi Iran mewujudkan perkembangan teknologi ruang antariksa yang dikhawatirkan oleh banyak pengamat internasional.
Satelit yang disebut Omit yang atau di dalam bahasa Farsi berarti harapan diterbangkan ke ruang angkasa Senin (2/2) setelah Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengeluarkan perintah peluncuran. Peluncuran satelit dengan roket itu dilangsungkan malam hari di sebuah lokasi yang tak disebutkan di Iran.
Seorang pejabat Departemen Pertahanan AS di Washington menerangkan militer AS mendeteksi peluncuran sebuah rudal ke ruang angkasa. Namun, pejabat yang tak menyebutkan identitasnya itu belum dapat memastikan apakah rudal itu mengangkut sebuah satelit.
Kepala Badan Ruang Antariksa Israel Zvi Kapla menerangkan laporan awal menunjukkan sebuah satelit telah diluncurkan. "Dari yang saya investigasi terbukti benar," katanya. "Israel tak terkejut dengan peluncuran itu apabila mempertimbangkan perkembangan informasi dan teknologi yang diselaraskan dengan jumlah ilmuwan Iran yang belajar di luar negeri untuk menguasai bidang ini.
Selasa, 3 Februari 2009 | 14:01 WIB TEHERAN, SELASA — Iran meluncurkan satelit buatan pertamanya ke orbit, Senin (2/2) malam setelah mendapat izin Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
"Dalam pencapaian lain bagi para pakar Iran di bawah sanksi-sanksi (yang dikenakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB), Iran meluncurkan Hope, satelit buatan pertamanya, ke dalam orbit," kata televisi pemerintah yang menayangkan peluncuran tersebut, Selasa (3/2).
"Satelit itu diluncurkan ke orbit oleh alat pengangkut satelit buatan Iran juga, Safir," katanya.
Iran hingga kini masih berada di bawah sanksi-sanksi PBB karena Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya menuduh Iran memproduksi senjata nuklir.
Namun, Iran mengatakan bahwa program nuklirnya terbatas untuk kepentingan damai, yakni pembangkit listrik guna mencukupi kebutuhan ekonominya.
|
|
|
Post by elangguntur on May 4, 2009 11:38:25 GMT 7
Negara Amerika latinpun bisa....barsilia dengan roket VLS-nya The VLS - Satellite Launch Vehicle - (Portuguese: "Veículo Lançador de Satélites") is the Brazilian Space Agency's main satellite launch vehicle project[1] . The project's goal is to develop a launch vehicle capable of launching small general-purpose satellites into orbit. The project is located at the Alcântara Launch Center[2] due its proximity to the equator. Associated vehicles include the Sonda I, II, III and IV, the VS-30, VS-40 and VSB-30. VLS-1 development started in 1984, after the first launch of the Sonda IV rocket. First tests: 1985 December 1 - VLS-R1 VLS-R1 - Failure, apogee of 10 km. 1989 May 18 - VLS-R1 VLS-R2 Apogee of 50 km. To date, three prototypes have been built and two launches attempted, departing from the Alcântara Launch Center. During the V01 and V02 prototype launches (VLS-1 V01 on 02/12/1997 and VLS-1 V02 on 11/12/1999) technical problems prevented mission success, but allowed the testing of several vehicle components. The V03 prototype (VLS-1 V03), originally scheduled to launch in 2003, was destroyed on August 22 of that year, just prior to its intended launch date. See the 2003 Alcântara VLS accident article for details about this disaster. The V04 prototype (VLS-1 V04) was originally scheduled for launch in 2006. Further testing has resumed in 2008. Current VLS-1 schedule is as follows: 2010 - electrical tests with a mockup rocket 2010 - VLS-XVI 01 / VLS-1B (only first two stages active) 2011 - VLS–VT 01 (with only the 4 first stage engines will fire, separation of the second and third stages will be tested) 2012 - VLS–VT 02 (complete rocket test) 2012 - VLS-1 V4 (satelite launch)
|
|
|
Post by elangguntur on May 4, 2009 11:47:09 GMT 7
sepertinya negara afrika: nigeria akan segera menyusul... setelah berhasil membuat satelit komunikasinya sendiri NIGCOMSAT-1 tahun 2007 lalu yang diluncurkan dengan roket Long March 3-B Cina, kini mereka sedang berusaha membuat roket peluncur satelit sendiri.....
|
|
|
Post by elangguntur on May 5, 2009 10:31:19 GMT 7
Nigerian Student Fabricates Satellite Rocket Launcher, Digital Antenna Engineering Student of the Federal Polytechnic, Bauchi, Mr. Musa Zubairu, has fabricated a satellite rocket launcher and a digital transmission antenna using locally fabricated materials. The rocket which has the capacity to cover 372 km in less 110 seconds, is said to have gone through static testing at the polytechnic. Mr. Zubairu, 30, said on Sunday in Bauchi that the electro-wave aeronautic and digital transmission antenna, he fabricated, could be used for both military and domestic operations."Unlike the conventional space antenna, the new device is designed to operate on earth surface, using electrical wave and transmit signals to a classified destination," he said."The device is specially constructed to perform multi-sectoral purposes such as auronatics, geodesy, geo-dynamics, agro-metrological survey and broadcast transmission. "It is also designed to enhance security surveillance" he said.According to him, the fabricated antenna could also be used for soil analysis, climatology and for monitoring earth movement to detect quakes, flooding, storm and natural calamities.The young innovator said that the device was fitted with navigational device, which could help in establishing the location of individuals, mineral deposits and missing persons as well as guide conflict management and rescue missions. "The antenna relies on earth rotation in relation to time in identifying the location of missing persons, air crafts and mineral deposits."The device can also be useful in protecting Internet facilities and electronic mails from piracy," he said. Zubairu, however, attributed the shortage of funds to his inability to perfect the projects and urged government and non-governmental organisations to give him a helping hand to facilitate the launching of the project for the benefit of mankind. "I am financially constrained to complete the project, but I am soliciting for support from government and non-governmental bodies so that my dream of launching Nigeria on the global technological scene can be realised," he said. Mr. Zubairu also called for adequate funding of the education sector in order to stimulate more research and innovations as part of measures to facilitate the growth of science and technical education in the country. He urged government to encourage students undertaking various research studies in the nation's higher institutions learning so as to achieve the dream of making Nigeria one of the top 20 economies in the world by 2020. He said that improved funding of research works and provision of laboratory equipment would stimulate teaching, enhance academic excellence and promote competition among students. "Adequate funding of research studies will facilitate the nation's drive towards sustainable economic and technical development," Zubairu said. Source: www.voiceofnigeria.org/student-rocket.htm
|
|
|
Post by elangguntur on Jun 18, 2009 16:06:49 GMT 7
sebelum roket pelontar sateltnya siap, satelit2 kecil buatan anak negeri sudah siap, selain dari rancabungur juga datang dari belanda....
sumber: kompas
Mahasiswa RI Luncurkan Satelit di Belanda 2010 Merintis Kebangkitan Dunia Antariksa Indonesia dari Belanda Kamis, 18 Juni 2009 | 10:31 WIB Laporan Wartawan Persda Yon Daryono dari Belanda
DELFT, KOMPAS.com — Kemampuan mahasiswa Indonesia di luar negeri ternyata cukup membanggakan nama Tanah Air. Dwi Hartanto, mahasiswa master di Universitas Teknologi Delft (TU Delft), Belanda, rencananya akan meluncurkan nanosatelit yang dinamakan Delfi-n3Xt pada pertengahan tahun 2010.
Sebelumnya, nanosatelit Delfi-C3 juga berhasil diluncurkan pada tahun 2008. Nanosatelit ini diklaim sebagai satelit pertama buatan mahasiswa di Belanda yang berhasil mengorbit bumi.
Rahmadi, Wakil Sekjen PPI Belanda, menyampaikan informasi tersebut kepada Persda network melalui surat elektronik seusai Kolokium PPI Delft (KOPI Delft) yang rutin diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Delft, Belanda, pekan lalu. "Dwi memaparkan riset pembuatan nanosatelit, mulai dari desain, fitur-fitur yang disyaratkan, serta misi peluncurannya," ujar Rahmadi.
Menurutnya, keberhasilan salah satu mahasiswa asal Indonesia seperti Dwi patut diapresisasi. Pasalnya, dunia riset memang semestinya terbangun oleh tiga pilar besar, yaitu institusi pendidikan, pemerintah, dan industri.
Pada kesempatan itu pula, kolega Dwi, Aryo Primagati, yang saat ini bekerja sebagai insinyur telekomunikasi pada ISIS (Innovative Solutions In Space), sebuah perusahaan kecil yang didirikan alumni TU Delft yang pernah terlibat pada proyek nanosatelit Delfi-C3, mengatakan bahwa riset pembuatan nanosatelit sangat cocok dijadikan proyek penelitian dalam skala universitas. Selain desain yang lebih sederhana pada ukuran yang lebih kecil, dana yang dibutuhkan juga jauh lebih kecil dibandingkan satelit konvensional.
Sekadar perbandingan, Aryo mengatakan bahwa untuk membangun dan meluncurkan sebuah satelit normal diperlukan biaya jutaan euro (puluhan hingga ratusan miliar rupiah) dengan waktu pengembangan 5-10 tahun. Adapun untuk nanosatelit, seperti Delfi C3 atau Delfi-n3Xt, hanya diperlukan waktu satu sampai dua tahun pengembangan dengan biaya sekitar 100 sampai 200.000 euro (sekitar Rp 1,5 sampai Rp 3 miliar).
Pada akhir sesi presentasi KOPI Delft kali ini, Dedy Wicaksono, peneliti pasca-doktoral di TU Delft, memaparkan visi dan ambisi mereka bersama untuk menggagas sebuah proyek nanosatelit untuk mahasiswa Indonesia yang diberi nama INSPIRE (Indonesian Nano-Satellite Platform Initiative for Research and Education).
Mengingat, sebenarnya Indonesia telah merintis dunia riset antariksa sejak dekade 1960-an. Ide yang dibawa oleh Dedy bersama koleganya adalah membuat suatu konsorsium yang terdiri dari berbagai universitas di Indonesia, lembaga-lembaga penelitian pemerintah, dan tentunya rekanan dari dunia industri sebagai sponsor pendanaan.
Senada dengan Dedy, Aryo pun menilai misi peluncuran INSPIRE 1 hendaknya tidak terlalu mensyaratkan misi yang terlampau sulit. Pada kenyataannya, selain sebagai satelit komunikasi radio amatir, misi Delfi-C3 yang utama adalah sebagai technology demonstration and development. Mengenai masalah pendanaan, kiranya perlu dicari solusi yang terbaik. Salah satu yang sudah direncanakan adalah mengajukan proposal proyek INSPIRE ke berbagai pihak terkait di Tanah Air.
Acara Kolokium PPI Delft atau sering disingkat KOPI Delft ini adalah acara rutin dwi mingguan yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Delft, Belanda. (yondaryono, persdanetwork)
|
|